Celoteh kaum pinggir






 Mahasiswa ialah salah satu lidah rakyat menyuarakan hal-hal yang ditutup-tutupi, menguak tabir-tabir yang dianggap janggal. Mahasiswa harus sensitif dengan segala persoalan hajat orang banyak, bukan malah sibuk berebut masuk ke parlemen

 (soe hok gie). Masih ada saja mahasiwa yang bersikap apatis pada segala hal termasuk juga buta akan politik. Padahal mahasiswa tidak bisa terlepas dari hal-hal yang berbau politik, apalagi jika menurut saya maba

(Mahasiswa baru) sekarang juga banyak sekali yang tidak tertarik dengan kegiatan-kegiatan keorganisasian di dalam kampus maupun di luar kampus. 

Terlihat nampak acuh tak acuh dengan isu-isu yang beredar disekelilingnya, menganggap semua itu bukan dari tanggung jawab ataupun bukan urusannya. Dikarenakan gaya hidup sudah berubah kepekaan antar individu kurang karena banyaknya sekat-sekat yang diciptakan di ruang publik. Dan juga mahasiswa kebanyakan masih terpatok pada angka, dikarenakan banyaknya tugas-tugas dari sang dosen demi menyibukkan mahasiswanya agar mudah untuk dikendalikan.

Sistem perkuliahan sudah menjadi belenggu seperti didalam ruangan yang berjeruji, teriak sedikit dapat ancaman akan dikerdilkan dan tak akan mudah bergerek. Sedikit bergerak langsung mendapatkan huruf jelek. Mungkin ini adalah sudah menjadi tradisi untuk mengcounter mahasiswa-mahasiswa yang banyak tingkah.

Banyaknya pilihan organisasi dikampus atau diluar kampus itu sebagai acuan  ideologi yang ingin digeluti dan  agar mudah untuk beradaptasi dengan organisasi tersebut. Di organisasi juga banyak manfaatnya menambah relasi, mengupgrade wawasan dengan banyaknya diskusi-diskusi, dan masih banyak sekali manfaat di dalam organisasi. Tidak lupa di dalam organisasi juga ada dampak negatifnya, karena banyaknya doktrin-doktrin yang sangat mudah untuk mencuci otak. Namun banyak mahasiswa yang melilih untuk tidak masuk kedalam organisasi apapun dengan alasan yang variatif dan normatif.

Tak terpungkuri peranan mahasiswa yang begitu kompleks tetuang dalam tri dharma, dan tak lupa dengan sejarah pergerakan di dalam bangsa atau di luar negri perannya mahasiswa sangatlah dominan untuk menciptakan suatu gebrakan baru. Ada boedi utomo yang berdiri pada 20 mei 1908 di Jakarta, gerakan ini terbentuk untuk mengkritisi sistem kolonaliesme belanda karena menurut mereka sistem yang sudah dibangun ini sangat meresahkan rakyat sudah harus selayaknya di lawan dan rakyat dibebaskan dari kedzoliman belanda, meskipun terkesan gerakan ini menujukkan sifat yang primordialisme.

Melanjutkan sejarah yang ada pada 19 oktober 1924 mahasiswa di surabaya yang bernama soetomo mendiriikan kelompok studi Indonesia (indonesische studie-club). Dan di tempat yang berbeda lebih tepatnya di bandung sekoleah tinggi teknik yang sekarang menjadi ITB tempat soekarno dan kawan-kawan mendirikan kelompok studi umum (algemeene studi club) pada 11 juli 1925. Tidak lama kemudian pada tahun 1926 terbentuknya perhimpunan pelajar-pelajar Indonesia (pppi) di dalam organisasi ini menjadi wadah dan menghimpun seluruh mahasiswa Indonesia. Dalam waktu kurang lebih 2 tahun pppi menyelenggarakan kongres yang paling bersejarah didalam dunia kepemudaan mahasiswa di tanah air. Kongres pemuda II berlangsung di Jakarta 26-28 oktober 1928 yang didalam forum tersebut menghasilkan suatu sumpah yang sangat melekat hingga sekarang yaitu tercetusnya sumpah pemuda.

Setelah masa kemerdekaan mulai banyak bermunculan organisasi-organisasi kemahasiswaan di banyak kampus yang bersamaan. Yang pertama muncul kepermukaan ialah dari sekolah tinggi islam  Yogyakarta , yang di nahkodai oleh lafran pane dengan membentuk dan mendirikan himpunan mahasiswa islam (HMI) pada 05 februari 1947. Organisasi ini dibentuk atas dasar keresahan yang terdiri dari 4 faktor utama meliputi situasi dunia internasional, situasi NKRI, kondisi mikribiologis umat islam di Indonesia, kondisi perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan. 

Pada tahun yang sama di adakan lah kongres yang bertempat di malang dan menghasilkan perserikatan perhimpunan mahasiswa Indonesia (PPMI). Tidak membutuhkan waktu lama bermunculan organisasi-organisasi mahasiswa yang lain seperti gerakan mahasiswa nasional Indonesia (GMNI) yang berhaluan ideologo marhaenisme soekarno, gerakan mahasiswa sosialis Indonesia (GAMSOS) yang beraliran ideologi sosialisme marxis, consentrasi gerakan mahasiswa Indonesia (CGMI) organisasi ini berideologi komunisme sehingga lebih dekat dengan partai komunis Indonesia. Pada 17 april 1960 di surabaya terbentuknya pergerakan mahasiswa islam Indonesia (PMII) yang berideologi ahlussunnah wal jama’ah, dan pada tanggal 14 Maret 1964 di Yogyakarta berdiri lagi satu organisasi kemahasiswaan yaitu ikatan mahasiswa muhammadiyah (IMM) dengan tujuan untuk mengusahakan terbentuknya akedemisi islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan muhammadiyah. 

Dari sini kita dapat melihat dan menilai bahwasanya sejarah kaum pemuda bangsa ini yang sangat ingin memajukan negara dan ingin menghapuskan ketidakadilan yang terjadi pada masanya. Sangat idealis dengan apa yang menjadi peganggannya dari historis yang sudah tertulis pergerakan organisasi kemahasiswaan dulu nyaris tidak bisa dibeli oleh partai polotik. Namun yang terlihat saat ini hampir berbeda, entah apa yang menjadi pembedanya. Terkadan individu-individu ini masuk kedalam organisasi adalah suatu dalih untuk memuaskan hasrat dirinya sendiri melalui memasukkan ideologi-ideologi yang difahaminya agar dapat merambat masuk kedalam menggeser sediki demi sedikit ideologi organisasi, karena kepentingan tertentu. Kilas balik dari sini melihat pergejolakan gerakan mahasiswa ditahun-tahun zaman orde baru. 

Pada periode 1974 mahasiswa mengkonfrontasi pada pihak militer yang dianggap menjadi alat penindas rakyat. Syok terapi pertama ialah waktu melonjaknya harga bahan bakar minyak (BBM) yang pada saat itu seperti mencekik rakyat. Tidak lupa pula para mahasiswa menyuarakan dengan lantan terkait kasus korupsi, para mahasiswa mendesak agar pihak pemerintah dengan tegas dan tidak lamban menangani kasus korupsi. Setelah adanya gerakan-gerakan masif dari kawan-kawan mahasiswa sampai mengeluarkan 2 tuntutan bubarkan asisten pribadi dan turunkan harga BBM.

Setelah terpilihnya presiden soeharto yang ketiga kalinya pergerakan mahasiswa mulai dimatikan peran dan fungsinya. Pemerintah membuat suatu aturan baru demi meredam sikap kritis mahasiswa maka disahkanlah kebijakan normalisasi kehidupan kampus (NKK) melalui sk No.0156/U/1978. Secara tidak langsung mahasiswa di belenggu oleh kampus karena disibukkan kegiatan akedemisi dan dijaukan dari bau-bau politik karena secara tidak langsung sangat mengganggu rezim. Yang menyebabkan mahasiswa hanya berfokus pada akademis dan bersikap apatis.

Namun belenggu yang sudah dibangun pemerintah tidak berjalan lama karena terjadinya krisis moneter, bermula dari 20 mahasiswa UI yang turun ke gedung MPR/DPR RI dengan lantang menolak pidato presiden yang melalui sidang umum nasional MPR dan menyerahkan agenda REFORMASI kepada MPR. Melihat kondisi bangsa ini sangat keos sejak melejitnya haraga BBM naik 71% yang ditandai beberapa korban jiwa di medan ada 6 korban jiwa. Kekeosan ini masih berlangsung hingga 7-8 mei. Banyaknya peristiwa-peristiwa yaitu peristiwa cimanggis disitu awal mula mehilangnya mahasiswa di fakultas teknik universitas jayabaya yang menjadi korban bukan hanya yang dihilangkan namun ada 52 orang yang di bawa ke rumah sakit tugu ibu 2 dari korban terkena tembakan di leher dan lengan kanan. Terjadi lagi di gajayana Yogyakarta merenggut 1 nyawa, hal ini menimbulkan suasana panas mahasiswa dengan pemerintah, terkhusus pada militer yang sangat subpersif kepada mahasiswa yang berdemonstrasi.

Di Jakarta ribuan mahasiswa sudah berhasil menduduki MPR/DPR RI pada 19 mei 1998.berbagai desakan dari berbagai kaum yang menurut presiden sudah tidak bisa dibendung lagi maka tamnggal 21 mei 1998 pukul 09:00 WIB, bapak presiden RI soeharto resmi mencela diri dan mengalihkan tampuk kepemimpinan pada wakil presiden RI prof.BJ habibie. Namun ada 1 agenda reformasi yang sampai saat ini belum bisa dilaksanakan maupun diwujudkan yaitu pemberantasan korupsi yang menjadi penyakit berbahaya bagi stabilitas negara.

Mungkin masih banyak lagi pergerakan mahasiswa yang sangat progresif dengan adanya diskusi,kajian-kajian, banyaknya kontemplasi terkait banyaknya isu-isu yang meresahkan rakyat. Di era-era sekarang masih banyak mahasiswa yang kritis terkadang bertemu orang-orang seperti itu adalah suatu keberuntungan tersendiri, tapi ada juga yang bersikap apatis terhadap kekeosan negeri ini. Saya kira mahasiswa yang bersikap apatis atau tidak mau ikut campur ini ialah mahasiswa yang nyaman dengan situasinya saat ini, atau mungkin lebih cenderung berfokus pada akademis dikarnakan tuntutan keluarga agar fokus kuliah, lulus dan kerja. Di linhgkungan saya sendiri masih banyak dari kalangan mahasiswa yang mudah akan terbawa arus karena lemah dalam pendirian sangat mungkin untuk dijadikan bahan pendoktrinan-pendoktrinan. Dan ada saja organisasi yang menyatakan keras bahwasannya organisasinya sangat idealisme dengan lantang di ucapkan namun didalamnya hanya terperungku oleh uang atau jaminan jabatan di pemerintahan atau disektor lain.

Sedangkan fungsi mahasiswa sangat berat ada beberapa tugas dan fungsi mahasiswa ialah agen of change, iron stock, guardian of value, moral force, social control, control politik, penyalur aspirasi. Dari peran dan fungsi yang ada masih banyak atau malah kebanyak tak tau apa itu mahasiswa????????????. Terlalu banyak kepentingan yang merasuk pada jiwanya hingga membutakan mata hatinya dan dirinya sudah dikuasai oleh nafsu dan keegoisan.

Di beberapa daerah yang saya datangi masih banyak kasus seperti itu tapi ada juga sisi positifnya, meskipun didalam sistem keorganisasian tidak luput dari kepentian individu maupun kepentingan kelompok. Demi mewujudkannya di tempuh dengan berbagai cara sikut sana sikut sini, saya teringat dengan perkataan salah satu mahasiswa yang dikenal mahasiswa yang sangat idealis soe hok gie pernah berkata “masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu daya oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi”. Maka perenyataan gie sangatlah reality hingga sekarang dan saya juga merasakan akan bagaimana menjadi mahasiswa baru dengan tekanan-tekanan dari senior tapi biasanya itu suatu penyusupan ideologi-idelogi dan itu nyata adanya. Terkadan juga terlalu vulgar untuk menggaet kader-kader baru banyak metode pendekatan kultural maupun non-kultural. Berbagai cara ditempuh agar mendapatkan kuantitas untuk masalah kualitas nanti dipikirkan dengan berjalannya waktu.

Mungkin ada beberapa plus mines yang bisa saya ambil dari dalam organisasi maupun di luar organisasi, banyaknya relasi dan wawasan keilmuan semakin bertambah dan akan terus bertambah melalui kegiatan-kegiatan keorganisasian, banyaknya diskusi-diskusi kecil namun berbobot itu sangat berpengaruh kepada pola pikir kita, budaya membaca dan menulis sangat dikembangkan sehingga daya pikir kita bisa digunakan secara fungsional. Perbedaan pendapat sangat mungkin terjadi didalam diskusi maupun kajian sehingga bisa memperkaya insaet dari berbagai sudut pandang dan dari berbagai pengalaman banyak audiens. 

Terkadang juga ada sisi gelap dari organisasi, ada saja individu-individu yang merasa diatas angin sehingga banyak mendistrek orang lain ikut kedalam pemikirannya seolah dia yang paling benar sendiri dan semuanya salah dimatanya. Ada juga yang sok kritis namun tanpa adanya dasar dan data, yang penting suaranya keras dan lantang sehingga banyak orang terpukau namun kosong tak ada isi ataupun nilai. Apakah mahasiswa yang mengaku sebagai organisatoris ini masih banyak disekeliling kalian ?????????.

Akhir-akhir ini saya analisa beberapa teman saya yang masih aktif didalam organisasi kemahasiswaan maupun yang mengikuti organisasi diluar kampus, masih banyak yang menggap dirinya sebagai seorang ideolog handal, ada juga atau mungkin sebagian banyak dari mereka yang bersikap apatis namun ingin menjadi contoh baik bagi kader-kadernya sehingga melupakan tanggung jawabnya namun lebih mementingkan eksistensinya, beberapa dari mereka ada yang benar-benar berjuang untuk kemajuan dan keberlangsungan organisasi. Begitu banyak muka yang terdapat pada organisasi dengan segala kepentiannya masing-masing, ada juga masuk organisasi kemahasiswaan untuk mengamankan dirinya setelah lulus nanti entah dipemerintahan atau mungkin masuk suatu parpol.

Oleh : Fahmi Idris .

Tag : Opini
0 Comments for "Celoteh kaum pinggir"

Silakan tulis komentar anda!

Back To Top